Jumat, 17 September 2010

CRESCENT

Mungkin semua orang yang ada didunia ini tidak ada yang tahu kalau malam mulai larut ada sebuah keindahan tiada tara yang tidak disadari. Yang jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk manusia. Keramainan dari sisi lain, dari tempat lain...

Seorang laki-laki yang menggunakan pakaian serba hijau sedang duduk bersantai diatas bulan sabit yang sedang tersenyum ramah, ia  memainkan sebuah flute perak dengan sangat indah, membuat susana malam itu bertambah indah.  Tanpa disadari seorang laki-laki lain berambut perak datang menghampirinya. Sayap putihnya  mengembang lebar seakan dapat menutupi seluruh permukaan bulan.

"Jangan kau berhenti memainkan Flute itu, kalau tidak pesta ini akan hancur."  Ucap laki-laki berambut perak dingin. Kemudian tanpa mempedulikan ekspresi laki-laki berpakaian hijau ia langsung terbang ke dalam hutan.

Laki-laki berpakaian hijau itu hanya bisa diam dalam alunan musiknya. Ia tidak bisa mengelak atas apa yang dikatakan laki-laki bersayap tadi. Seakan ia pasrah atas takdir yang sedang diembannya. Seekor putri duyung cantik berambut pirang keemasan muncul dari permukaan danau yang tenang. Ia memperhatikan laki-laki berpakaian hijau.

"Sean!" panggil siputri duyung.



    Sean hanya melirik putri duyung itu tanpa tanpa menghentikan permainan musiknya.

    "Pesta musim gugur akan segera berlangsung, kau tidak ikut?" tanya si putri duyung.

    Sean hanya diam dalam wajah dinginnya.

    "Kau benar-benar tidak ikut? di sana ada Silvana dan Violet."

Sean tidak menggubis apa yang dikatakan putri duyung itu. Mmbuat sang putri duyung kesal. "Baiklah, terserah kau saja." kemudian ia masuk lagi ke dalam air.

Sean masih duduk diam sambil terus memainkan flute kesayangannya. Meskipun suara keramaian dari pesta yang hingar bingar itu selalu menarik Sean untuk pergi mendekat  tapi ia harus mengabaikan dorongan itu sebisa mungkin. Ia harus menghapus niatnya itu. Karena jika ia berhenti memainkan flute, suasana tidak lagi indah, malam tidak lagi bersinar, sebab terang bulan dan bintang-bintang akan redup dan kilauan bintang akan hilang dalam kegelapan.

'Kalau saja aku bukan elf peniup flute kehidupan, pasti nasibku tidak akan seperti ini.' pikir Sean.

Alunan musik indah masih mengalun lembut, memberikan kedamaian bagi siapa saja yang mendengarnya.  Jika mahluk yang mendengar itu adalah manusia, ia pasti akan tertidur lelap sampai pagi menjelang, namun ini merupakan kehidupan yang indah untuk mahluk malam dan mahluk mistik lainya. Sebuah ide yang belum pernah terpikir olehnya tiba-tiba saja muncul. Wajahnya yang semula dingin langsung tersenyum. Sean menghentikan permainan musiknya.  Ia menjentikan jari tangannya nyaring, kemudian muncul serbuk cahaya indah dan suara musik itu kembali terdengar.

"Kenapa aku tidak melakukan hal ini dari dulu." desahnya. Ia memutar flute peraknya dengan sekali gerakan lalu melompat turun dari satu bintang kebintang yang lain. "Yahuuuuu~ pesta musim gugur aku datang!!" soraknya gembira.

Sean, adalah seorang elf yang dapat menjadikan malam tampak indah dengan musik dari fluetnya. Sehingga hal itulah yang membutanya harus terus menerus meniup flute sepanjang malam. Tapi untuk kali ini ia melanggar peraturan yang menjadi tugasnya itu dengan sihir. Sehingga walaupun ia tidak meniup flute, suara indah itu akan tetap terdengar.  Namun, sihir yang ia miliki terbatas. Ia hanya memiliki waktu 2 jam sebelum sihir itu menghilang.

Sean melompat ke salah satu ranting pohon dengan lincah sebelum kakinya mendarat di atas tanah dengan sempurna. Iapun langsung berlari ke arah cahaya benderang di tengah hutan, tempat pesta musim gugur berlangsung, berusaha sampai di tempat itu pada waktunya. Saat pohon terakhir berhasil dilewati, Sean langsung melompat ke atas pohon yang rimbun agar dirinya tidak terlihat. Suasana pesta sangatlah ramai. Ada banyak kunang-kunang yang menerangi tempat itu. Ada sebagian dari mereka mengelilingi pohon besar ditengah-tengah pesta. Para peri menari dengan lincah dan indah, memberikan sebuah kesan kelasik yang harmonis. Sepasang peri hutang menari mengelilingi tempat itu sambil menyebarkan serbuk keemasan yang dapat menumbuhkan berbagai bunga dan tanaman merambat. Para putri duyung  menyumbangkan suaranya yang jernih dari sepanjang sungai. Dan para mahluk bersayap sedang berbincang dengan para elf hutan yang cantik. Sean tidak peduli dengan mahluk-mahluk bersayap itu. Ia sedang mencari-cari sesuatu. Pandangannya mengarah berkeliling, berharap sosok yang ia cari dapat ditemukan. Segaris senyum lebar mulai mengiasi wajahnya saat ia berhasil menemukan sosok itu. 

Seorang elf dari penguasa hutan sedang termenung di atas batang pohon besar yang sudah lama roboh. rambutnya tidak pirang bercahaya seperti elf lainnya, melainkan coklat kemerahan seperti layaknya manusia biasa. Hal itu disebabkan ayahnya yang menikah dengan salah satu manusia keturunan bangsa Yunani.

Sean memetik sehelai daun, lalu menjentikkan jarinya, membuat serbuk keemasan yang kelaur jatuh di atas daun yang ia petik menuliskan sebuah pesan dengan simbol flute. Beberapa saat kemudian daun itu terbang layaknya daun yang jatuh. Sehingga tidak ada seorangpun yang menyadari kalau daun itu diterbangkan oleh sihir elf. Daun itu perlahan jatuh dipangkuan Putri elf. Sang putri melirik daun itu dengan tidak bersemangat. Saat sepasang matanya yang indah menangkap simbol flute yang tergambar, wajahnya mulai tersenyum. Ia mengarahkan pandang ke seluruh penjuru, lalu senyuman itu semakin lebar saat pandangannya mengarah pada salah satu pohon rimbun.


Sean membalas senyuman itu sambil memberi isyarat untuk masuk ke dalam hutan.

Sang Putri mengangguk. Dengan gerakan yang tidak mencurigakan, ia masuk ke dalam hutan tanpa ada seorang elf ataupun mahluk bersayap lain yang mengetahui.

"Violet." panggil Sean setengah berbisik saat Putri elf itu mencari-carinya

"Sean," balasnya tak percaya. "Aku kira kau tidak akan datang ke pesta ini." suara flute yang masih mengalun indah memaksa Violet untuk bertanya. "Lalu suara itu?"
 
"Pelanggaran sihir tingkat tinggi" jawabnya santai.

Violet menggelengkan kepala atas kelakukan laki-laki yang sudah akrab dengannya itu, "kuharap kau tidak dihukum."

Sean mengamati raut wajah Violet yang berubah, "kau kenapa? ada yang sakit?" tanya Sean bingung, "atau kau lapar?"

Violet menggeleng untuk yang kedua kalinya. Wajahnya yang pucat tidak bisa menutupi kesedihan yang muncul. "Silvana," katanya pelan, "ia dikucilkan di lembah hitam karena melanggar pemakaian sihir."

Sean menautkan alisnya, "Ivy, si putri duyung itu bilang kalau Silvana datang ke pesta ini." Sean memperhatikan raut Violet yang tidak berubah. "Memangnya dia melanggar sihir apa?"

Violet menghembuskan nafas panjang. "Vesca. Dia melanggar sihir Vesca demi menyelamatkan Ayres."

Hening terjadi di antara mereka berdua. Tidak ada satupun di antara keduanya yang berbicara atau membuka mulut. Hanya suara hiruk-pikuk pesta saja yang terdengar. Sean memeperhatikan wajah Violet yang masih tertunduk. Pikirannya melayang entah kemana tanpa ada yang tahu tentang apa yang sedang ia pikirkan. Sepasang mata Sean langsung terbelalak saat ia ingat bahwa waktu yang ia miliki sangatlah terbatas.

"Sial!!" umpatnya. "Violet ayo ikut aku." Pinta Sean tanpa memberikan kesempatan pada gadis itu untuk bertanya "kenapa?". Sean berlari secepat mungkin agar waktu yang ia miliki tidak habis percuma. Ia tidak perlu khawatir dengan Violet. Karena semua elf yang ada di dunia ini memiliki keahlian berlari yang sama. Tidak peduli dengan gaun jingga yang dipakainya, karena gaun atau baju apapun yang dipakai oleh para elf akan langsung berubah sesuai aktifitas yang mereka lakukan. Dengan cekatan Sean melompat ke salah satu dahan dan melayang ke salah satu bintang yang paling dekat dengan bulan. Setelah salah satu kaki Sean menapak pada permukaan bulan, iapun langsung mengeluarkan flutenya seiring dengan sihir yang menghilang, Sean kembali melanjutkan permainan flutenya.

Violet ikut melompat ke salah satu bintang dan menapakkan kakinya di bulan seperti apa yang dilakukan Sean, lalu ia duduk di sebelah laki-laki itu. Menikmati alunan musik yang menentramkan. Baju Violet sudah berubah menjadi gaun jingga seperti semula. Ia mengembangkan segaris senyum sambil memejamkan mata dan menyenderkan kepalanya d ibahu Sean.

Hembusan angin malam musim gugur yang begitu dingin menerpa lembut ke dua elf itu.

"Terima kasih karena kau selalu memainkan musik yang indah itu." Desah Violet.

Sean hanya diam. Namun segaris senyum samar dapat terlihat dari wajahnya yang pucat.

"Mungkin Silvana juga mendengarkan alunan musikmu," tambah Violet. "Dan aku yakin musikmu dapat membuatnya tidak sendirian lagi."

Senyuman Violet seakan telah menghapus seluruh kesedihan yang pernah ia perlihatkan. Baru pertama kali ini dalam hidup seorang elf hutan dapat tersenyum bahagia. Karena biasanya setiap elf hutan selalu memperlihatkan wajah dinginnya yang sedih. Mungkin hanya pada pesta tertentu saja mereka mengubah wajah itu.

Sepanjang malam kedua elf itu duduk berdampingan di atas bulan sabit yang tersenyum ramah. Anak-anak manusia percaya kalau alunan musik yang setiap malam terdengar itu adalah alunan yang membuat mereka tertidur dan bermimpi indah. Orang-orang juga menganggap bahwa setiap bulan sabit yang muncul di musim gugur adalah sebuah tanda bahwa Putri Violet sedang memperlihatkan senyumanya yang sangat indah...

1 komentar:

  1. Sloty Casino & Hotel - MapyRO
    Find the best sloty casino and hotel 아산 출장샵 in 전라남도 출장안마 Las Vegas, NV. Click here for 거제 출장마사지 reviews, 광명 출장마사지 opening hours 전라남도 출장안마 & more! Rating: 3.3 · ‎1,012 votes

    BalasHapus