Kamis, 05 September 2013

Our fate



   
     Yeah aku mencoba membuka gerbang memori yang telah lama terkunci rapat. Aku mencoba bertahan dalam arus emosiku yang kian memuncak. Aku berusaha dengan sekuat tenga agar tidak hancur saat ini. Aku ingin tetap hidup dan menjalani setiap hariku seperti biasanya. Aku tidak ingin semuanya berakhir.

     Aku menarik nafas dalam-dalam. Kemudian menggigit bibir bawahku. Berusaha agar tidak menangis. Aku bukanlah orang yang kuat. Ya...aku tahu itu. Aku memang orang cengeng yang lemah. Tapi apa yang dapat kulakukan?? Aku ingin berubah tapi aku tidak punya acuan dan penyemangat atas hidupku yang sudah diambang jurang kematian.

   Kau adalah kau dan aku adalah aku. Tapi kenapa aku selalu hidup memikirkanmu? Kurasa aku adalah orang terbodoh yang pernah ada. Terus memikirkanmu sekalipun kau tidak pernah melihat padaku. Aku terpuruk, itu yang kurasakan saat ini. Aku ingin berteriak, menangis dan menjerit. Luapan emosi yang menggila ini menggerogoti tiap sel-sel kulitku, baikan percikan api kecil yang membakar hangus kertas putih. Apa gunanya aku hidup? Untuk apa aku hidup? Kepada siapa hidupku bersandar agar dapat menapak? Aku tidak mempunyai jawaban apapun atas pertanyaan-pertanyaan itu. Bagai berjalan di atas sebuah jalan lurus nan terjal. Berliku nan kosong. Sepi...dan gelap.

    Kata-kata Indah, haruskan aku menuliskan setiap kata indah untuk menggambarkan seberapa besarnya perasaanku padamu? Atau, apa aku harus merangkai tiap bait puisi, puis dalam baris-baris kata, bercak dusta dan kepicikan? Saat aku melihatmu, kukatakan pada diriku bahwa ini akan baik-baik saja. Aku berkata bahwa semuanya akan menjadi seperti semula. Dan aku berkata, bahkan kau yang akan memberikan kedamaian itu dalam hidupku.

    Perlahan, dalan tiap denyut nadi, jantungku serta akal warasku.....bayangmu selalu muncul. Seolah kau memang adalah bagian dari hidupku yang telah lama hilang. Kau adalah bagianku. Itu yang terus dikatakan oleh kegilaan di sudut terdalam hatiku. Apa sekarang kau akan berkata bahwa aku sudah gila? Ya, mungkin begitu. Aku memang gila. Aku berteriak, aku marah dan aku tidak bisa mengendalikan emosi. Tapi, siapa yang memulai semua ini? Haruskah aku menyalahkanmu?

     Aku melihatmu di atap gedung itu. Dalam pakaian rapih itu, serta hembusan angin mendung itu, kau terlihat dingin. Kau terus memandang lurus ke depan, tapi kenapa kau tidak berpaling padaku? Kau memasukkan kedua tanganmu ke dalam saku celana, seperti yang selalu kau lakukan selama ini. Dalam kebisuan singkat, akhirnya kau pun berkata, "Aku membutuhkanmu."

     Ya, kau mengatakan itu. Kau mengatakannya seolah kau memang ingin kita benar-benar bersama. Tapi tidak saat aku melihat sepasang mata yang memandang jauh itu. Tatapanmu kosong. Aku tidak yakin di mana pikiranmu saat itu. Kau akan menjalani konsermu, Konser "luar biasa" mu. Dan aku hanya bisa menahan diri untuk tidak mengikuti perasaan ini. Kau meminta bantuan padaku, dan aku membantumu. Membimbingmu keluar dari gedung itu. Tanpa suara. Sekalipun semua gadis itu terus berteriak dari balik pagar manusia yang menahan mereka. Menyebut dan memanggil namamu, berteriak, berteriak dan berteriak. Mereka ingin mendapatkan perhatianmu. Itulah yang aku tahu. Namun, kau masih dalam tatapan kosong itu. Ekspresimu terkesan dingin, tidak seperti yang biasa kau perlihatkan pada para fansmu. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kau cemaskan? 

    Namun kau tidak mengatakan apapun. Kau tidak banyak bicara. Kau hanya ingin aku memandumu, hanya itu. Dan mengatakan beberapa buah kata lain yang hingga kini tidak bisa kuingat. Ingatanku memang buruk. Akhir-akhir ini selalu begitu. Sering kali beberapa buah informasi, nama atau bahkan wajah leyap dalam kepalaku seperti tulisan yang dihapus. Tak tersisa. Aku khawatir ada sesuatu buruk dalam kepalaku. Amnesia yang selalu hilang muncul, datang dan pergi. mengambil sepotong demi sepotong dari ingatanku yang tersisa. Ini sangat mengerikan. Tentu saja aku takut. Sangat takut. Bagaimana mungkin aku tidak takut jika yang hilang dari kepalaku itu adalah ingatan tentang mu? 

     Aku tidak tahu bagaimana rasanya. Aku tidak berani memikirkannya. Namun itulah yang kutakutkan saat ini. Aku takut semua ingatan tentang dirimu, perlahan-lahan mengilang. seperti sebuah kata yang lenyap dalam layar pixel komputer yang rusak. Memudar dan memudar. Apa aku akan bisa bertahan jika hal itu terjadi padaku? Kata-katamu, kesukaanmu, sifatmu, makanan favorit, apa yang kau benci, yang kau inginkan, caramu memandangku, caramu memanggilku, caramu menyebut namaku,....bahkan....hingga wajahmu. Aku takut semuanya akan lenyap begitu saja. Melupakan seutuhnya tentang dirimu, seperti aku tidak mengenalmu sama sekali. Itulah kegelapan. Hidup tanpa cahaya. Itulah yang kutakutkan.

     Jika kau pernah mendengar kata "takdir" akankah kau percaya tentang hal itu? Setiap manusia memiliki garis takdirnya sendiri. Manusia adalah ciptaan yang unik. Mereka memiliki berbagai macam kelebihan dan perasaan untuk mencintai. Dan Takdir, mereka memang tidak bisa mengubahnya. Kekuatan manusia itu sangatlah terbatas. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa jika Tuhan telah menjatuhkan takdirnya. Mereka tidak akan bisa lari. Begitu juga dengan kau dan aku. Dalam tetes-tetesan embun pagi, saat sepasang mataku kembali terbuka, aku telah berada di sebuah tempat asing. Aku tidak tahu di mana itu. Semua orang berkerumun, dalam keheningan yang beku. Mata mereka semua menunduk, tertuju pada sebuah sosok di bawah sana. Dan saat itulah aku melihatmu. Kau berbaring dalam pakaian putih. Aku jarang melihatmu dengan pakaian yang benar-benar putih, tanpa warna apapun selain putih. Kau tampak seperti malaikat. Namun,....matamu terpejam. Sepasang mata itu terus terpejam. Tidak akan pernah terbuka sekalipun aku memanggil dan berteriak menyebut namamu. Tapi aku tidak melakukan itu.

      Aku hanya berdiri kaku di depanmu yang terbaring. Dirimu yang tidak akan pernah membuka matanya lagi dan melihat padaku. Dan dirimu yang tidak akan memperlihatkan senyuma terkahirmu untukku.

     Takdir. Inilah takdiri kita. Tidak pernah bersama., selamanya....



Created by : WhiteIvy
Creadit picture : www.google.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar