Kamis, 02 Juni 2011

look only at me ep 3

mobil sedan hitam milik Tae hyun berhenti disebuah rumah dengan pekarangan yang terlihat sempit karena terlalu banyaknya tanaman dan pot. rumah itu bercat putih dengan kayu yang dicat warna karamel dan pagar berwarna coklat. disatu sisi rumah terpakir sebuah mobil  jaguar silver. aku menoleh pada Tae hyun berharap ia mau memberi tahuku tentang siapa pemilik mobil itu. namun pertanyaan itu seakan langsung lenyap saat melihat ekspresi diwajah laki-laki itu. wajah Tae hyun terlihat menegang. pandangannya terus menatap lurus pada mobil jaguar itu. beribu pertanyaan langsung membanjiri otakku namun mulutku seakan tidak sanggup mengucapkan sepatah katapun. aku menghela nafas dan menepuk bahu Tae hyun. seperti dugaanku, laki-laki itu langsung tersentak saat aku melakukannya.
"Ada apa?" tanyaku berusah terdengar biasa.

Tae hyun berusaha tersenyum, namun yang terlihat adalah sebaliknya. "Tidak." aku bisa yakin bahwa laki-laki disampingku ini bukanlah seorang pembohong yang hebat, karena apa yang dia katakan dengan apa yang ia perlihatkan sangatlah kontras.

"Apa ini rumahku?" tanyaku mengalihkan.
"Hmm."
"Kenapa kita tidak masuk?"
"Ya." wajah tegang masih menyelimuti ekspresi laki-laki itu, membuatku semakin heran.

Tae hyun mendorong kursi rodaku masuk kedalam rumah. gerbang dan pintu masuk tidak dikunci apa ada orang lain yang tinggal bersamaku dirumah ini? tapi kenapa orang itu tidak pernah menjengukku dirumah sakit? Tae hyun juga pernah bercerita bahwa kedua orang tuaku sudah tidak ada dan aku tidak dekat dengan siapapun, lalu?
"Tae hyun apa aku tidak pernah mengunci rumah?"
"Eh? ah tidak, kau selalu mengunci rumah tapi aku mempunya kunci cadangan rumahmu karena kau dulu yang memberikannya kepadaku."
aku menoleh padanya dengan ekspresi tidak mengerti.
"Ya, kau selalu sibuk dengan urusan kuliahmu sedangkan kau sendiri menyewa seorang pembantu rumah tangga yang datang seminggu 3 kali tiap pagi sampai siang, jadi kau selalu memberiku kunci cadangan itu kepadaku karena aku adalah teman baikmu sekaligus aku adalah tetangga disebelah rumahmu." jelasnya ringan.

oh, berarti kami adalah tetangga? teman sejak kecil dengan rumah yang selalu berdekatan? yeah tidak heran jika ia tahu segalanya tentang diriku jika melihat kondisi seperti ini. sepasang alisku langsung bertaut bukankah  tadi pintu gerbang dan pintu utama tidak dikunci lalu apa ada orang lain lagi yang mempunyai kunci cadangan rumahku selain Tae hyun? kebingungan didalam pikiranku langsung terjawab saat melihat sosok seorang laki-laki jangkung dengan rambut dicat pirang sedang berdiri didekat jendela seperti seorang yang sedang menunggu, wajahnya terlihat kecil dan kurus namun rahangnya terlihat tegas. ia memakai kemeja putih dan jas hitam. menurutku ia terlihat tampan. laki-laki itu tersenyum saat melihat kedatanganku. ia melangkah kearahku dan berjongkok.
"Aku senang kau baik-baik saja Eun si." ucapnya lembut. seketika itu juga wajahku langsung bersemu merah melihat wajah tampan itu tersenyum padaku. aku berusaha menguasai diri dan mulai berbicara.
"Maaf, aku tidak mengenalimu."
kerutan halus didahi laki-laki itu terlihat samar namun jelas bagiku. apa dia shock?
"Dia hilang ingatan Ryeowook." jelas Tae hyun.

sepertinya mereka berdua saling kenal.

pandangan laki-laki tampan bernama Ryeowook itu langsung tertuju pada Tae hyun.
"Ia hilang ingatan karena kecelakanan itu." ada penekanan dalam kata-kata terkahir yang diucapkan Tae hyun.
 perasaanku menjadi tidak enak saat mereka berdua saling bertatapan, ditambah dengan penekanan yang tidak menyenangkan dari kata-kata yang baru saja dikatakan Tae hyun. aku mulai merasa tidak nyaman karena mereka berdua terlihat seperti akan berkelahi.

"Eh....Ryeowook ssi, maaf aku memang mengalami amnesia, tapi aku berharap aku bisa mengingat tentangmu. apakah kau temanku seperti Tae hyun?" tanyaku polos.

Ryeowook diam sesaat memperhatikanku sebelum akhirnya tersenyum,

"Ia tunanganmu Eun si." potong Tae hyun dengan nada dingin.

Ryeowook kembali menatap Tae hyun dengan tatapan datar sebelum akhirnya kembali menatapku dan tersenyum.

aku membeku diatas kursi rodaku. apa? apa aku tidak salah dengar? aku mempunyai tunangan? dan sekarang ia ada dihadapanku? apa ini nyata? bukankah aku masih kuliah? tapi kenapa aku sudah mempunyai tunangan??

"Ia benar Eun si, aku tunanganmu." kata Ryeowook. "Maafkan aku karena aku tidak bisa menjengukmu dirumah sakit. banyak sekali urusan diluar negri yang membuatku tidak bisa datang, dan setelah aku sampai diSeoul, aku mendapatkan kabar bahwa kau sudah pulang hari ini jadi kuputuskan aku menunggu dirumahmu."

berarti Ryeowook juga mempunyai kunci rumahku? tubuhku langsung lemas. oh tuhan sebenarnya apa yang aku pikirkan dulu sampai-sampai aku memberikan kunci cadangan rumahku kepada dua orang laki-laki. meskipun mereka berdua adalah orang yang aku kenal sebelum aku hilang ingatan, tapi.....bukankah seorang wanita seharusnya mempunyai hak privasi.

"Apa benar begitu?" celetuk Tae hyun dengan nada dingin seperti sebelumnya. "Atau itu hanya alasanmu saja?"

Ryeowook bangkit berdiri. ia memperlihatkan ekspresi dingin yang menurutku sangat tidak menyenangkan. "Apa kau berhak berbicara denganku Tae hyun ssi??"

"Menurutku tidak salahkan jika aku berbicara dengan semua orang yang aku inginkan?" Timpal Tae hyun."Lagipula seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu, 'apa kau mempunyai hak berbicara denganku dan dengan Eun si?'"

Ryeowook diam tapi kemudian ia menyungingkan senyum separoh, "Baiklah terserah apapun yang kau katakan Tae hyun ssi. aku datang kesini bukan untuk berkelahi denganmu ataupun berbicara tentang hal tidak berguna seperti itu denganmu. aku kesini hanya untuk bertemu dengan Eun si, dan bukan kau!" pandangan Ryeowook beralih kepadaku, "Eun si, apa kau mau berjalan-jalan keluar denganku? ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu."

aku menatap wajah tampan yang tersenyum dihadapanku. aku mengangguk. Ryeowook menarik kursi rodaku dengan hati-hati namun kursi roda itu kembali berhenti. aku menoleh kebelakang, Tae hyun menahan kursi roda itu dengan kedua tangannya.
"Tae hyun," ucapku pelan. "Tidak apa-apa. bukankah Ryeowook tunanganku sendiri? jadi kurasa tidak apa-apa." aku mengakhiri kata-kataku dengan sebuah senyuman.

Tae hyun diam menatapku dengan ekspresi yang tidak aku mengerti, kemudian membungkukan tubuhnya, "Justru karena itu adalah 'dia' aku merasa tidak tenang." bisik Tae hyun lalu pergi dan melepaskan tangannya dari kursi rodaku.

aku menatap Tae hyun yang pergi kebelakang. apa yang sebenarnya terjadi? apa ada yang ia sembunyikan dariku?

"Eun si, ayo kita pergi."
pandanganku kini beralih pada Ryeowook, "ya."

aku merasa bahagia ternyata aku memilki seorang tunangan yang sangat tampan, tapi ada hal lain yang mengganjal didalam hatiku. kenapa pikiranku kini mulai memikirkan Tae hyun? apa sebelum aku hilang ingatan ada hal lain,...hubungan lain antara aku dan dirinya selain teman masa kecil?

to be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar